Ketika dulu mereka masih remaja, Amaya bercerita tentang cantiknya gerimis dalam genggaman tangan para penyair. Tentang derai hujan yang lirih mempertautkan hati dan kerinduan sepasang kekasih yang berjauhan. Tentang deras hujan yang berbisik mesra pada dedaun. Tentang air hujan yang manja terbaring di dasar tanah dan yang lainnya berlari lincah menyusuri sungai, menuju lautan. “Rahim bumi dan laut yang luas akan menyimpan air hujan dengan baik, seperti halnya puisi yang menyimpan keindahannya…” Ucap Amaya.
Amaya masih ingat, ketika masih kecil, ia sangat mencintai hujan. Setiapkali hujan turun, Han, sahabat bermainnya, akan menari gemulai di bawah hujan, lalu membuatkan Amaya perahu kecil dari kertas dan daun-daun. Sementara Amaya hanya tertawa kecil di jendela rumahnya, kemudian meminta Han menyimpan perahunya di arus sungai.