Ibu, kau adalah puisi dalam kebisuan saya. Memberi bunyi untuk hati saya yang sepi, mengirim doa dalam gelapnya hidup saya. Kau menulis harapan, dan selamanya akan mengalir dalam darah saya. Kau mengajarkan saya tentang dunia, mengenalkan saya pada senja dan langit biru. Kau tanam dalam jiwa saya sebuah kekuatan untuk memahami misteri hidup. Ibu, kau adalah kedua mata di dalam hati saya, mengajarkan saya melihat warna hidup dengan cahaya cinta, mengajari saya merangkai dunia dengan tangan-tangan kasih sayang. Kau tanamkan di dalam jiwa saya tentang kesadaran sejati bahwa cinta adalah napas kehidupan. Hati yang lembut adalah inti keindahan dan kebahagiaan. Ketabahan adalah perjuangan yang bijaksana.
Luka pada hidup saya kau dekap sebagai duka bagimu, Ibu. Kau menjadi separuh hidup saya, menjadi air bagi dahaga hidup saya. Kau menjadi hujan bagi kemarau harapan saya. Kau bangun perahu di jiwa saya, dan kau bangun rumah di hatimu. Kau bentangkan cakrawala bagi sayap harapan saya, kau hamparkan bumi bagi sujud kesadaran saya. Restumu melampaui waktu, Ibu, doamu tiada jemu, menyala di hatimu, mengalir dalam kata dan air mata tanpa sehasta pinta, tanpa selirih pamrih. Cintamu, ibu, adalah lagu keselamatan bagi hidup saya. Kebahagiaan saya hari ini adalah seribu tahun pengorbananmu. Saya cinta kamu, maka catatan kecil ini saya tulis untukmu, sebagai sujud kecil dan lagu pujian di hadapan lautan cintamu yang sangat luas…
Di Perantauan, Januari 2010
mas badru, banyakin dong yang seperti ini. aq copy gpp kan?
Komentar oleh Jaja Wijanarko — 26 Januari 2010 @ 1:02 pm |
subhanallah….
alangkah mulianya seorang ibu…dan Surga adalah tempat terlayak buat seorang ibu…
aku copy ya…terima kasih.
Komentar oleh WANA SAPTO AJIE — 1 Februari 2010 @ 2:23 am |
Tiada pernah terdengar keluhan dari seorang Ibu, yang dengan tulus mendo,akan anak-anaknya agar selalu sehat dan berada salam kesuksesan…..
Subhannalah…
Komentar oleh SUtisna — 4 Februari 2010 @ 10:26 am |
memang ibu adalah pahlawan kita
Komentar oleh ranti mardhanya — 6 Februari 2012 @ 2:05 pm |
subhanalloh sae pisan
Komentar oleh rian saky — 6 Februari 2010 @ 6:22 am |
Ketika ku buka dan ku baca, begitu mengiris hati. Tak terasa airmata ini berlinang membasahi pipi.
Komentar oleh jojo johan — 27 Februari 2010 @ 1:46 am |
Ngan ku ci panon sareng sesek di dada nu tiasa ngomentaranana, lain keuheul lain sebel/nafsu. euweuh kata-kata nu aya di dunya jang mudalkeun rasa hormat jeung cinta ka nu jadi indung …. iwal ti jeung ngan DOA ti Simkuring ieu …. sarta … mangharep basa/kecap RIDHO ti nu jadi Indung. AAmiin.
Komentar oleh riksa — 19 Maret 2010 @ 3:51 am |
Bagusssssssssssssssssssssssssssss
dech puisix,tapi bro yg bikin aq tambah sedih,q dah g punya mama lagi,mama q dah meninggal,huuuuuuu
Komentar oleh anna kapuas — 5 Mei 2010 @ 4:09 am |
begitu mulia skali ibu..
Komentar oleh fajar — 24 Juni 2010 @ 5:13 am |
Kang… Simkuring maca tulisan iyeu dugi kaceurik,. T_T
saepisan iyeu tulisan,…hatur nuhun,…
Komentar oleh Nunuy — 28 Juni 2010 @ 9:20 pm |
Ingatlah kawan,,,,,bahwa ibu adalah seorang pejuang,ketika kita masih bayi,ibu yang menyusui,ibu yang meninabobokan,ibu yang menggendong,dan juga ibu yang menciumi kening kita ketika kita menggeliat dari tidur,tapi,,,,,apa yang kita lakukan kepada ibu sekarang?ketika kita sudah dewasa,ngebantah ketika ibu berbicara,ngelawan ketika ibu sedang menasihati,kawan,,,renungilah,bahwa jasa ibu tak tergantikan dan oleh karena itu mulai sekarang adakan perubahan menuju diri lebih baik,ciumlah kaki ibu dan meminta maaflah padanya,,,,:-)
Komentar oleh Elly — 2 Januari 2011 @ 12:26 pm |
Minta ijin co-pas di blog sy,..
Tk
Komentar oleh sari — 24 Februari 2011 @ 3:05 am |